Aku merindukanmu. Ini sesuatu yang besar, yang tidak cukup kusimpan
dalam kepalan. Ini sesuatu yang tidak kecil, ini benar-benar aku
rasakan.
Aku tahu, ada begitu banyak hal-hal yang mendekatkan, yang belum kita
lakukan, yang belum kita hadapi bersama-sama. Sebab bebutiran rindu
berikut kobar cemburu yang menyala-nyala akan menuntun kita pada warna
rasa yang keemasan. Berkilauan, terang kemilau yang mencengangkan,
gemerlap pesta di dalam sepasang mata. Bagaimana ini tidak menakjubkan?
Aku benar-benar mengilhaminya.
Rindu kan ada, baik di pagi, siang, sore, maupun malam, berikut hari
berganti hari dan tahun depan menjelang, juga mendung, cerah atau
berawan, atau baik kemarau maupun hujan, atau biar salju turun sekalian!
Ini aku berpijak di atas puncak kerinduanku. Aku melihat awan-awan
yang menggumpal tebal, menutup cantik segala kesalahanmu. Aku lupa,
hanya ingat kebaikanmu, terlebih kelucuanmu yang menggemaskan.
Aku sudah berteman baik dengan bayang-bayangmu, bayang-bayangmu
menemani sisa hidupku. Dan karenanya benda-benda mati jadi tampak seakan
memusuhiku, memerangi kesunyianku.
Aku merindukanmu. Aku memanggilmu dengan suara yang keluar dari
jantungku, dalam gerak yang tergambar dari nadiku. Karena aku tahu, ada
tersisa banyak hal-hal besar yang belum kita lewati di bawah langit
ini, di atas bumi ini, di dalam hati kita. Demikian aku merindukanmu,
demikian aku benar-benar merasakannya.
No comments:
Post a Comment